ada banyak hal yang terjadi dalam hidup, yang bila kau tarik kepalamu jauh-jauh hingga kau mampu amati, ia serupa hamparan padang rumput tak berujung yang terbatas oleh kemampuan matamu dalam memandang. sulit untuk membuatnya jelah. sesekali hanya fragmen yang muncul menamai diri sebagai representasi, menguar sejumlah utas ingatan yang menjadi pijakanmu dalam berlaku. aku kini, memintas sekepal bual.
berdalih bukanlah pekerjaan mudah, apalagi bila yang hendak kau elak adalah yang terkait dengan itu; apa pekerjaanmu? tentu jawabannya bukan pendalih, karena itu hanya akan menjadikannya sebagai upaya menghamburkan dua baris kalimat saja. namun itu yang terjadi. dua baris kalimat tadi menengarai kompleksitas. kawanan yang menempati ruang percakapan yang sama, atau pegawai biro keuangan kampus yang sejak lama karib sekalipun, takkan mampu mendapati temuan yang berarti. atau begini, biar aku ringkas; dianggap remeh itu sungguh menyakitkan.
adalah aktivitas yang memungkinkan buatku untuk menjelaskan duduk persoalan dalam runutan yang definit. hanya saja aku membebaskan mereka-mereka menerka. bukankah setiap individu secara pasti memiliki sikap apriori sebelum benar-benar menelusuri?